Cerita Perempuan

Semua orang punya cerita hidupnya masing - masing. Sembari menunggu seseorang, aku terduduk di sebuah bangku kayu dan memanjakan mataku dengan pemandangan pepohonan serta rumput - rumput liar yang nampak seperti lukisan bergoyang. Terkadang ada saja yang ikut terduduk disampingku, meski hanya sekejap. Aku sendiri tidak begitu keberatan. Asalkan ketika ia pergi, ia tak lupa untuk tidak meninggalkan jejak apapun.

Kali ini ada seorang perempuan yang tiba - tiba ikut terduduk disebelahku. Dia memakai rok panjang dan dibalut dengan jilbab yang manis. Wajahnya sangat cantik dan ketika ia tersenyum laksana sungai yang dapat menghanyutkan ragu menjauh. 

"Menunggu seseorang?" tanyanya. Aku tersenyum malu lalu mengangguk.

"Apa orang itu tahu kau menunggunya?" Pelan aku menjawab "Tidak..."

Raut wajahnya berubah masam. Ia melihatku dengan tatapan malang. 

Tanpa salam, ia lalu menceritakan kisahnya. 

Katanya, bulan depan ia akan menikah. Bukan dengan seorang pria yang dulu membawa hatinya pergi. Melainkan dengan pria lain yang datang padanya dengan membawa hati baru. Rintik hujan tiba - tiba jatuh dari langit matanya. Ia mengaku telah menjadi wanita yang paling beruntung. Iya, jelas tergambar dari matanya.

Menurutnya, kehidupan telah mengajarkan dia banyak hal. Hal sederhana yang ia pelajari, bahwa harapan yang tidak sepihak dengan kenyataan hanya akan meninggalkan rasa kecewa. Dia telah mencukupkan sampai disini segala perasaaan keinginan. Agar rasa syukurnya pada kehidupan selalu dapat ia lantunkan. 

Aku terdiam. Mencerna setiap kata - kata yang ia lontarkan.

Perempuan itu lalu menatap keatas langit. Menatap ke tempat dimana segalanya memang harus tertanam disana.

"Jika suatu hari nanti, ternyata kamu tidak dipilih oleh orang yang kamu tunggu dan dia lebih memilih orang lain, bagaimana?" tanyanya dengan nada gurauan, tapi terdengar kejam.

Aku agak salah tingkah. Sejenak aku terdorong untuk membayangkan.

"Sederhana saja, berati kami belum berjodoh" jawabku agak tergagap.

"Lantas jika ada orang lain yang sama sekali tak pernah kau bayangkan, malah datang memilihmu?" lanjutnya masih dengan nada gurauan.

Aku terdiam dengan kedua tangan yang entah sejak kapan sudah mengepal. Hidup ini memang penuh dengan kemungkinan - kemungkinan. Mau tidak mau aku harus dapat bersiap dengan segala kemungkinan. Jika memang demikian, barangkali hidup sedang mengajariku tentang ikhlas lebih dalam lagi.

"Suatu hari nanti, sebagai perempuan yang dipilih. Aku ingin melakukan segala yang terbaik untuk seseorang yang telah memilihku. Menyerahkan seluruh hidupku demi dirinya dan tak ingin mengingat - ingat perasaan masa lalu. Karena menikah adalah upaya membangun masa depan" jawabku setelah merenung agak lama.

Dia lalu tersenyum, ringan mengambang.

Harapan agar aku mengerti semua maksud perkataannya, telah tersampaikan. Bahkan lebih.

Tak lama kemudian seorang pria muncul dari arah jalan setapak di depan sana, menjemput perempuan itu. Perempuan itu lantas bangkit, beranjak pergi dengan kata - kata pamit yang belum pernah aku dengar dari siapa pun sebelumnya.

"Lebih bersabarlah dalam menanti seseorang yang akan datang, semoga siapapun yang datang menjemput, kelak tidak pernah lagi meninggalkan"

Aku tersentak, mengangguk lalu tersenyum.

Dalam hati aku mengaminkan segala doa yang baik untuk kebahagiaan pernikahannya. 

Komentar