Berharap
Sudah sejak lama kau telah menutup hatimu rapat - rapat. Kamu membangun tembok yang menjulang tinggi sampai tak ada celah untuk orang lain memasuki. Bukan untuk melindungi sebuah nama. Tuhan mu Maha Baik, membiarkan hatimu kosong untuk diberikan pada seseorang yang benar - benar akan menjagamu.
Dulu kau pernah mencintai seseorang. Tapi kalian berdua sepakat untuk bertanding saling melepaskan. Berharap masa yang tepat yang akan menyatukan. Singkat cerita, akhirnya kau terluka. Iya, someone mu pergi tapi bersama orang lain. Sambil tersedu kau mengadu pada Rabb mu. Setelahnya ketentraman hatilah yang kau dapat.
Kamu telah mendapat pelajaran hidup yang berharga. Bahwasanya, tak ada cinta yang sebenar - benar cinta selain cinta karena Rabb mu. Katamu "Tak ada yang lebih indah selain memasrahkan segalanya kepada Sang Pemilik Hidup"
Benar saja, kau begitu fokus menyibukkan diri dan memperbaiki diri. Bersemangat berkarya di sana - sini agar tak pernah ada kata sepi. Meski jatuh dan terinjak tapi kau tak pernah patah arang. Kau melesat bangkit, karena kau tahu bahwa Tuhan mu Maha Penyanyang.
Kamu telah mendapat pelajaran hidup yang berharga. Bahwasanya, tak ada cinta yang sebenar - benar cinta selain cinta karena Rabb mu. Katamu "Tak ada yang lebih indah selain memasrahkan segalanya kepada Sang Pemilik Hidup"
Benar saja, kau begitu fokus menyibukkan diri dan memperbaiki diri. Bersemangat berkarya di sana - sini agar tak pernah ada kata sepi. Meski jatuh dan terinjak tapi kau tak pernah patah arang. Kau melesat bangkit, karena kau tahu bahwa Tuhan mu Maha Penyanyang.
Tiba masa yang patah jadi tumbuh dan yang sia - sia jadi bermakna. Kamu telah bersinar. Semua mimpimu hampir kau raih. Tidak hanya satu atau dua, ada beberapa lelaki yang ingin mendapatkan hatimu. Tapi bagimu saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk memulai hal - hal romantis.
"Ah, tidak sekarang!" ujarmu, menghalau kehadiran dia yang kau kenal di kantormu.
"Ah, entahlah.. aku juga sedang mencari tahu!" pernyataan sepihakmu, kala ada seorang teman lama yang menanyakan bagaimana cara tuk meyakinkan hatimu padanya.
Tidak... tidak, kamu tahu betul bukan hanya itu alasan yang sebenarnya. Kamu takut untuk percaya kembali, benar kan? Lihat! Kau sudah melewatkan orang - orang baik yang tulus menaruh hati kepadamu.
Kamu lupa diri. Tak mengerti dari mana harus memulai membuka hati. Pertanyaan - pertanyaan yang tak kunjung kau temukan jawabannya masih saja berlarian di dalam kepalamu.
Di interval sempit jam istirahat kerjamu, kamu bangkit dari kursi sibukmu ketika terdengar seruan dari Tuhan mu. 'Hanya dengan mengingat Allah hatiku akan tenang' dengus batinmu.
Kamu berjalan dengan tenang sembari membawa totebag hitam yang berisikan mukena dan Al Qur'an. Kau tersentak kecil ketika kulit tanganmu tersentuh air dingin. Dengan khidmat kamu pun berwudhu.
Kamu menghamparkan sajadah, lalu melaksanakan salat sunnah dan dilanjutkan dengan salat berjamaah. Di rakaat akhir sujudmu, ada satu baris baru yang kamu tambahkan dalam larik doa mu. Kau berbisik lirih dengan hati yang penuh harap. Kemudian kamu mengakhiri sembahyang dengan salam.
Satu per satu orang - orang mulai pergi meninggalkan shaf nya. Kamu sendiri masih menikmati duduk bersimpuh dengan bibir yang basah oleh dzikir. Ritual siangmu berakhir dengan bacaan beberapa halaman Al Qur'an yang kau bawa.
Kamu menarik nafas dalam - dalam. Segalanya sudah kamu pasrahkan kepada Sang Pemilik Semesta.
Kamu bergegas keluar meninggalkan masjid. Langit yang tadinya berkabut pilu perlahan menghilang.
Sejujurnya di hatimu ada keinginan yang kamu berharap tuk jadi kenyataan. Ia lah seorang teman lama yang dulu diam - diam kamu pernah mengaguminya. Meski sudah beberapa tahun silam kalian tak pernah saling bertegur sapa. Tapi Tuhan memang punya berbagai macam cara tuk mempertemukan.
Beberapa minggu yang lalu tanpa sengaja kalian berbincang lewat jaringan online media sosial. Sejak saat itu kamu tergerak untuk mencari tahu tentang kabar nya. Kamu menyempatkan diri membaca kisah demi kisah pada laman yang sengaja ia bagikan di timeline media sosialnya. Dan kamu selalu berakhir dengan menggulum senyum ketika membaca setiap kisahnya.
Tembok tinggi yang kamu bangun secara ajaib perlahan runtuh. Kamu begitu mengagumi kisah hidupnya. Kamu tak tahu mengapa, hanya saja hatimu ingin yakin pada hatinya. Hatimu hanya jatuh pada nya dan juga ingin mempercayai dirinya. Barangkali kamu telah menemukan apa yang kau cari di dalam dirinya.
"Betapa Allah mudah membolak - balikan keadaan ya, apalagi merubah satu hati" bisik mu takjub sembari melihat langit yang kini tak lagi sama.
Ah, imajinasimu sudah terlalu jauh. Jodoh adalah rahasia Tuhan. Sekarang kamu yang ku kenal, bukan hanya mengagumi tulisannya. Kamu juga telah mencintai penulisnya. Iya, kamu mencintai dia karena Dia.
Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di depan. Hanya kepada Tuhan lah kamu hanya bisa berharap. Dan menjadikan sabar dan salat sebagai penolongnya.
"Ah, tidak sekarang!" ujarmu, menghalau kehadiran dia yang kau kenal di kantormu.
"Ah, entahlah.. aku juga sedang mencari tahu!" pernyataan sepihakmu, kala ada seorang teman lama yang menanyakan bagaimana cara tuk meyakinkan hatimu padanya.
Tidak... tidak, kamu tahu betul bukan hanya itu alasan yang sebenarnya. Kamu takut untuk percaya kembali, benar kan? Lihat! Kau sudah melewatkan orang - orang baik yang tulus menaruh hati kepadamu.
Kamu lupa diri. Tak mengerti dari mana harus memulai membuka hati. Pertanyaan - pertanyaan yang tak kunjung kau temukan jawabannya masih saja berlarian di dalam kepalamu.
Di interval sempit jam istirahat kerjamu, kamu bangkit dari kursi sibukmu ketika terdengar seruan dari Tuhan mu. 'Hanya dengan mengingat Allah hatiku akan tenang' dengus batinmu.
Kamu berjalan dengan tenang sembari membawa totebag hitam yang berisikan mukena dan Al Qur'an. Kau tersentak kecil ketika kulit tanganmu tersentuh air dingin. Dengan khidmat kamu pun berwudhu.
Kamu menghamparkan sajadah, lalu melaksanakan salat sunnah dan dilanjutkan dengan salat berjamaah. Di rakaat akhir sujudmu, ada satu baris baru yang kamu tambahkan dalam larik doa mu. Kau berbisik lirih dengan hati yang penuh harap. Kemudian kamu mengakhiri sembahyang dengan salam.
Satu per satu orang - orang mulai pergi meninggalkan shaf nya. Kamu sendiri masih menikmati duduk bersimpuh dengan bibir yang basah oleh dzikir. Ritual siangmu berakhir dengan bacaan beberapa halaman Al Qur'an yang kau bawa.
Kamu menarik nafas dalam - dalam. Segalanya sudah kamu pasrahkan kepada Sang Pemilik Semesta.
Kamu bergegas keluar meninggalkan masjid. Langit yang tadinya berkabut pilu perlahan menghilang.
Sejujurnya di hatimu ada keinginan yang kamu berharap tuk jadi kenyataan. Ia lah seorang teman lama yang dulu diam - diam kamu pernah mengaguminya. Meski sudah beberapa tahun silam kalian tak pernah saling bertegur sapa. Tapi Tuhan memang punya berbagai macam cara tuk mempertemukan.
Tembok tinggi yang kamu bangun secara ajaib perlahan runtuh. Kamu begitu mengagumi kisah hidupnya. Kamu tak tahu mengapa, hanya saja hatimu ingin yakin pada hatinya. Hatimu hanya jatuh pada nya dan juga ingin mempercayai dirinya. Barangkali kamu telah menemukan apa yang kau cari di dalam dirinya.
"Betapa Allah mudah membolak - balikan keadaan ya, apalagi merubah satu hati" bisik mu takjub sembari melihat langit yang kini tak lagi sama.
Ah, imajinasimu sudah terlalu jauh. Jodoh adalah rahasia Tuhan. Sekarang kamu yang ku kenal, bukan hanya mengagumi tulisannya. Kamu juga telah mencintai penulisnya. Iya, kamu mencintai dia karena Dia.
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung :)
Mari tinggalkan jejak disini..