Tersesat

Beberapa malam lalu, aku tertidur dengan perasaan kecewa dan bantal yang basah karena air mata.  Aku menyembunyikan wajahku di balik selimut lalu kantuk akan membuatku lupa bagaimana kebodohan telah membuatku terseret dengan perasaan kesalahpahaman ini.

Aku bingung, entah aku yang suka berusaha keras atau memang diriku yang kelewat keras kepala. Hanya saja baru ku pahami bahwa harap hanyalah jeda bagi luka. 

Sejauh ini aku masih dalam proses menyembuhkan diri. Beberapa teman membantuku untuk mengeluarkan isi hatiku.  Lalu diam - diam aku menangis dan tertawa mengingat semua kekeliruanku.

Menjadi dewasa sungguh membingungkan. Ingin berkata gamblang tapi kemudian teringat akan apa saja dampak buruknya. Jadi lebih elok mengasingkan diri dari kata dan memilih jawaban dengan membisu. Aku pun memutuskan berjalan di tengah keheningan, tanpa tujuan.

Komentar