Postingan

Menangis

"Setelah menangis, wanita akan jauh lebih kuat dan tegar daripada sebelumnya.” Begitu kata Nizar Qabbani, sastrawan besar Suriah. Aku menulis tentang rindu dipipiku. Sesak menyerang ulu hatiku. Kedua bibirku memang hanya berdoa. Tapi sesudah amin, ada kekuatan untuk mengusap pipiku. Jangan bersedih, sesungguhnya Allah selalu bersama kita. Bisikku sembari mengambar senyum di wajahku. 

Kehidupan

Pagi tadi aku membaca cerita tanpa kisah. Tak ada prolog, tidak ada klimaks dan hanya ada epilog. Ceritanya memang sangat simpel. Biar begitu, tak kalah seru dengan cerita yang memiliki alur tebak - tebakan yang rumit. Tentang tujuan kita hidup di dunia. Setiap kita tak ada yang tahu, entah berapa lama kita akan tinggal di sini. Mungkin kematian ada untuk mengingatkan betapa berharga waktu yang kita miliki saat ini. Ah iya, karena satu dan lain hal aku jadi terlupa untuk menjalani hari - hari dengan sepenuh hati. Mungkin karena ada banyak hal yang ku khawatirkan. Padahal segala sesuatu sudah ada yang mengaturnya. Tinggal bagaimana kita mengupayakan dan menjemput takdir yang telah ditentukan. Dan hal yang patut di takutkan, bagaimana jika ternyata bekal amal kita kurang? Allah... :'(

Keputusan

Lelah ya? Hidup di dunia yang melelahkan. Gapapa, pengalaman memang dibuat diatas penderitaan dan luka. Semua orang melewati lelah. Saat ini kita hanya perlu memeluk erat luka. Kelak kita akan tersenyum saat mengenangnya. Aku tahu menunggu tidak sesederhana itu. Tapi aku sudah belajar dari masa lalu, aku tak ingin terburu - buru dalam mengambil keputusan. Godaan selalu ada disana - sini. Namun akhirnya sebuah jawaban ada di depanku. Aku memang takut membuat orang lain kecewa, terlebih jika itu menyangkut perasaan seseorang. Hingga membuat diriku hampir tidak waras sendiri. Untungnya ada kesibukan dan kajian yang tetap menjagaku tetap waras. Tanpa sadar aku memang sudah dewasa. Tapi aku tidak berubah. Aku masih suka hal sederhana seperti senyuman, rasa asin manis, dan kejujuran. Akhir - akhir ini langit memang terlihat murung, tetapi aku tetap suka.

Melapangkan

Hari itu sungguh aneh. Aku yang begitu takut kehilanganmu, memilih pergi dan tak pernah kembali sejak saat itu. Aku tak mengerti. Tak ada yang benar - benar mengerti, begitupun dengan kau. Waktu berlalu. Lalu aku yang sekarang? Kupikir aku sudah berjalan jauh. Ternyata aku tidak pergi kemana - mana. Aku masih menunggu. Dan kau entahlah. Aku tak tahu. Merindukanmu kadang datang diluar kendaliku. Tiba - tiba kau menjadi segalanya bagiku. Ada begitu banyak tempat yang ku impikan. Namun semuanya jadi tidak penting jika bukan kamu yang membersamai. Di belakangmu, aku mengamati punggungmu yang semakin jauh, lalu hanya bayangmu kemudian kabut sembunyikanmu. Aku menyayangimu. Namun justru tak bisa tinggal. Waktu akan terus meminta untuk melanjutkan. Kau memang berharga, tak mengapa bagiku menunggu sedikit lebih lama. Tapi aku takut gagal paham mengenaimu. Mengira kau akan datang padaku, ternyata kau terlambat datang karena sedang menuju orang lain. Mungkin. Tak ada alasan untu...

Sepaket

Kadang kesedihan datangnya memang sepaket dengan kebahagiaan. Mungkin memang diawali dengan tangis, tapi akan berakhir manis. Hari itu langit cerah. Hanya hatiku saja yang mendung menerima kabar buruk. Aku mengeluh. Hal buruk selalu datang padaku. Maksudku, disaat aku sedang menikmati apa yang sedang kulakukan, kenapa harus Engkau akhiri Ya Rabb? Singkat cerita , aku seperti 'isi' biskuit yang terjepit. Begitulah keadaanku saat itu. Sebenarnya aku ingin marah. Tetapi aku lebih memilih menerimanya dan melangkah. Aku berusaha percaya pada rencana Mu, pasti memang begini yang terbaik kan? Pasti. Waktu berlalu. Dan benar saja, ada banyak hikmah yang bisa kuambil. Aku tersenyum, lalu bersyukur. Ada begitu banyak hal baik yang tak pernah berhenti menghampiriku. Ternyata, dibalik semua itu ada rencana Mu yang sangat indah. Ah, lagi - lagi aku terlupa, di dunia ini memang tidak ada manusia yang selalu bahagia. Adanya yang selalu bersyukur. Semoga dengan adanya nikmat ini...

Sepasang Asing

Sore tadi langit mendung dan tidak seperti biasanya aku tidak berjalan sendirian. Seseorang berbaik hati menemaniku berjalan sampai tujuan. Jalanan lenggang. Hanya hembusan angin yang terdengar. Dia memutuskan untuk memulai pembicaraan. Dan aku terdiam sempurna mendengarkan. Memiliki seseorang untuk berbagi tentu adalah sebuah anugerah. Ingin aku membagi sedikit resahku padanya. Tapi baru sejengkal waktu aku mengenalnya. Ada begitu banyak soal kehidupan yang tak kumengerti. Dan aku belum menemukan seseorang yang tepat yang bisa menjawabnya. Dalam hati aku menerkan - nerka. Bagaimana jika, diantara kami tidak ada yang saling menemukan? Tidak ada yang saling merindukan? Ah, aku ingin mengajak dia membaca bagaimana dua orang asing saling menemukan. Sepasang asing, masih di jalannya masing - masing.

Cerita Kesunyian

Gambar
Ruang ICU, RSUD Tarakan, Jakarta.  Malam yang menarik meski tanpa hujan bintang, diusap oleh angin dingin. Sendiri memang tak selalu berati sepi. Aku sudah terbiasa sendiri bahkan ketika kemarin harus pergi ke IGD sekalipun. Ketika sendiri banyak cerita lucu atau pelajaran yang selalu bisa kuambil. Tapi sendiri bukan karena aku suka menantang diri atau mandiri. Aku hanya tak punya seseorang yang bisa kuajak untuk menemani. Kemanapun aku selalu saja berjalan sendirian dan menyimpan semua rahasia itu seorang diri. Beberapa hari lalu mendadak aku sangat kesepian. Rasa sepi yang begitu mendalam. Sepanjang hari hanya bayangan yang kujadikan sebagai teman. Aku tak bisa pergi kemana - mana, aku tak punya teman bicara, aku bosan sendirian. Waktu berjalan begitu lambat. Seringkali waktu menemukan aku terkapar menjadi orang lain. Selain DBD apa aku juga mengidap penyakit medis kesepian? Di depanku ada pemandangan kota yang mempesona. Tapi hidup seperti berhenti dan aku hanya sen...