Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

Cerita Kesunyian

Gambar
Ruang ICU, RSUD Tarakan, Jakarta.  Malam yang menarik meski tanpa hujan bintang, diusap oleh angin dingin. Sendiri memang tak selalu berati sepi. Aku sudah terbiasa sendiri bahkan ketika kemarin harus pergi ke IGD sekalipun. Ketika sendiri banyak cerita lucu atau pelajaran yang selalu bisa kuambil. Tapi sendiri bukan karena aku suka menantang diri atau mandiri. Aku hanya tak punya seseorang yang bisa kuajak untuk menemani. Kemanapun aku selalu saja berjalan sendirian dan menyimpan semua rahasia itu seorang diri. Beberapa hari lalu mendadak aku sangat kesepian. Rasa sepi yang begitu mendalam. Sepanjang hari hanya bayangan yang kujadikan sebagai teman. Aku tak bisa pergi kemana - mana, aku tak punya teman bicara, aku bosan sendirian. Waktu berjalan begitu lambat. Seringkali waktu menemukan aku terkapar menjadi orang lain. Selain DBD apa aku juga mengidap penyakit medis kesepian? Di depanku ada pemandangan kota yang mempesona. Tapi hidup seperti berhenti dan aku hanya sen...

Tersesat

Beberapa malam lalu, aku tertidur dengan perasaan kecewa dan bantal yang basah karena air mata.  Aku menyembunyikan wajahku di balik selimut lalu kantuk akan membuatku lupa bagaimana kebodohan telah membuatku terseret dengan perasaan kesalahpahaman ini. Aku bingung, entah aku yang suka berusaha keras atau memang diriku yang kelewat keras kepala. Hanya saja baru ku pahami bahwa harap hanyalah jeda bagi luka.  Sejauh ini aku masih dalam proses menyembuhkan diri. Beberapa teman membantuku untuk mengeluarkan isi hatiku.  Lalu diam - diam aku menangis dan tertawa mengingat semua kekeliruanku. Menjadi dewasa sungguh membingungkan. Ingin berkata gamblang tapi kemudian teringat akan apa saja dampak buruknya. Jadi lebih elok mengasingkan diri dari kata dan memilih jawaban dengan membisu. Aku pun memutuskan berjalan di tengah keheningan, tanpa tujuan.

Keluarga

Selamat hari raya Idul Fitri. Meski sudah terlewat beberapa hari tapi tetap ingin kuucapkan. Banyak hal yang berubah karena memang waktu terus berjalan sebagaimana mestinya. Begitu bersyukur tak terukur, tahun ini saya masih diberi nikmat untuk berkumpul dengan mereka yang disebut keluarga. Saya tahu, ada banyak hal yang harus direncanakan. Dulu saya berpikir, saya akan hidup bersama mereka selama yang saya bisa. Berdampingan, membersamai, beriringan, dan mengenggam tangan mereka selamanya. Tapi ternyata saya tak bisa untuk selamanya tinggal. Sekarang saya membayangkan, kelak saya akan bertemu seseorang dan mereka akan membiarkanku pergi untuk ikut bersamanya. Meski begitu, saya akan terus berpikir, keluarga adalah tempat pulang. Sebab bagaimanapun keadaannya, keluarga akan selalu menerima kita dan mencintai kita apa adanya.